a. Pengertian Menyontek
Pengertian menyontek atau menjiplak atau ngepek menurut
Purwadarminta sebagai suatu kegiatan mencontoh / meniru / mengutip tulisan,
pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Cheating (menyontek) menurut
Wikipedia Encyclopedia sebagai suatu tindakan tidak jujur yang dilakukan secara
sadar untuk menciptakan keuntungan yang mengabaikan prinsip keadilan. Ini
mengindikasikan bahwa telah terjadi pelanggaran aturan main yang ada.
Abdullah Alhadza dalam Admin (2004) mengutip pendapat dari
Bower (1964) yang mendefinisikan “cheating
is manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end
(achieve academic success or avoid academic failure),” maksudnya
“menyontek” adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk
tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau
menghindari kegagalan akademis.
Nyontek sering
kali dipahami dan merupakan sikap pecundang yang menginginkan hasil paling
bagus tanpa harus bersusah payah. Biasanya, nyontek dilakukan oleh para
siswa yang sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian, dan yang bersangkutan
tidak mempersiapkan penguasaan bahan/materi pelajaran yang memadai dengan
berbagai alasan. Mereka menyontek pekerjaan temannya yang dianggap lebih pintar
atau mengerjakan soal dengan jawaban yang dilihatnya dari catatan yang sudah
dipersiapakan. Catatan ini bisa berupa apa saja, buku-buku, atau catatan kecil
lainnya.
b. Faktor Penyebab dan Akibat Menyontek
Menurut Nugroho (2008), yang menjadi
penyebab munculnya tindakan ”menyontek” bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik
yang sifatnya berasal dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar
(eksternal) misalnya dari guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.
1.
Faktor
dari dalam diri sendiri
• Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan
soal. Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan
kurangnya waktu belajar.
• Orientasi pelajar
pada nilai bukan pada ilmu.
• Sudah menjadi
kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
• Merupakan bentuk
pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan pelajaran yang
disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas
oleh penjelasan dari guru/dosen.
• Melihat beberapa mata
pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni merasa ada pelajaran yang
penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
• Terpengaruh oleh
budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar
yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk test/ujian.
• Tidak ingin
dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.
2.
Faktor
dari Guru
• Guru tidak
mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak
ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
• Guru terlalu banyak
melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat soal-soal
yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas
yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
• Soal yang diberikan
selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
• Tidak ada
integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya soal
diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
3.
Faktor
dari Orang Tua
• Adanya hukuman yang
berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
• Ketidaktahuan orang
tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga
yang terjadi pemaksaan kehendak
4.
Faktor
dari Sistem Pendidikan
• Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum
yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap
terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.
• Muatan materi
kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang
lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah
setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan
karena kebosanan.
Akibat Menyontek
Bagi
yang menyontek ketahuan oleh pengawas dapat dipastikan bagaimana kisah
selanjutnya. Bisa dikeluarkan dari ruang ujian dan menanggung malu, dan bahkan
lebih fatal lagi adalah adalah didiskualifikasi dan dinyatakan tidak lulus
ulangan. Ilmu yang didapatkan dengan tidak jujur, biasanya tidak membawa
barokah. Jangan-jangan mereka yang menganggur setelah lulus karena ilmu yang
diperolehnya selama sekolah didapatkannya dengan cara yang tidak jujur pula.
Hannya Tuhan yang tahu.
c. Cara Penanggulangan Menyontek
Dari uraian di atas dapat diidentifikasi bahwa ada empat
faktor yang menjadi penyebab menyontek yaitu:
(1) Faktor individual atau pribadi dari penyontek,
(2) Faktor lingkungan atau pengaruh kelompok
(3) Faktor sistem evaluasi dan
(4) Faktor guru/dosen atau penilai.
Berkenaan dengan asas moral di atas, dapat ditegaskan bahwa
yang terpenting dalam pendidikan moral adalah bagaimana menciptakan faktor
kondisional yang dapat mengundang dan memfasilitasi seseorang untuk selalu
berbuat secara moral dalam ujian (tidak “menyontek”) maka caranya adalah
mengkondisikan keempat faktor di atas ke arah yang mendukung, yaitu sebagai
berikut:
1) Faktor pribadi
dari penyontek
(a) Bangkitkan rasa percaya diri
(b) Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih
proporsional
(c) Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak
ambisius
2) Faktor Lingkungan
dan Kelompok
Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang
sarat dengan pertimbangan moral.
3) Faktor Sistem
Evaluasi
(a) Buat instrumen
evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)
(b) Terapkan cara
pemberian skor yang benar-benar objektif
(c) Lakukan
pengawasan yang ketat
(d) Bentuk soal
disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan
mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.
4) Faktor Guru/ Dosen
(a) Berlaku objektif
dan terbuka dalam pemberian nilai.
(b) Bersikap rasional
dan tidak ”menyontek” dalam memberikan tugas ujian/tes.
(c) Tunjukkan
keteladanan dalam perilaku moral.
(d) Berikan umpan
balik atas setiap penugasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar